Ilustrasi: buku cerita |
Tempo Institute adalah sebuah Lembaga yang menawarkan berbagai macam kelas dengan tema Jurnalistik, media, komunikasi, dan masih banyak lagi. Dengan pembicara dari berbagai tokoh yang ahli dalam bidangnya.
Salah satu kelas yang saya ikuti adalah MENULIS CERITA PENDEK. Adapun rangkuman materi yang saya pelajari antara lain
Pengantar
1. Cerita pendek bukanlah bentuk
mini dari sebuah novel
2. Tantangan menulis cerita pendek
adalah menyediakan ruangan yang sempit
untuk ledakan yang dahsyat.
3. Penulis novel memiliki ruang
yang luas untuk menceritakan tokoh dan latar belakang peristiwa. Penulis cerita
pendek harus cerdik memilih mana yang akan ia ceritakan.
4. Urutan struktur sebuah cerpen
adalah 1) judul; 2) pembuka cerita; 3) isi cerita; 4) penutup cerita.
5. Untuk bisa dijadikan buku,
minimal Anda sudah menulis 10 cerpen. Rata-rata buku kumpulan cerpen berisi di
atas 10 cerpen.
Ide Cerita
1. Cerpen adalah “kisahan pendek (kurang
dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal (memiliki satu pokok cerita)
yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu
ketika).
2. Seorang penulis sejatinya
adalah seorang pengamat. Ia mengamati berbagai hal, lalu menimbang,
menganalisa, dan mengolahnya menjadi cerita yang enak dibaca, menghadirkan
sesuatu yang baru dan memberikan kesan mendalam.
3. Cara melatih kepekaan, salah
satunya, kita terus mempertanyakan hal-hal yang kita temukan: apa, siapa,
mengapa, kapan, untuk apa, dan seterusnya.
4. Pertanyaan untuk menguji
perbaharuan ide
a. Apakah hal tersebut biasa
terjadi dalam masyarakat atau keseharian kita?
b. Apakah hal tersebut sudah
banyak diketahui, dibicarakan, disiarkan, atau ditulis orang?
c. Apa hal unik dalam hal (ide)
tersebut yang berbeda dengan sebelumnya?
d. Adakah sisi atau sudut pandang
lain yang menarik?
5. Intinya, jika idenya biasa
saja, carilah sisi lain yang menarik dari ide itu
6. Setelah mendapatkan ide,
penulis harus melakukan serangkaian “tugas” seperti riset, mewawancarai
orang-orang yang mengetahui hal tersebut, membaca referensi, mengunjungi lokasi
(jika dekat), dan sebagainya. Dari sana akan mendapatkan berbagai daging
cerita.
7. Pilih bahan-bahan yang
benar-benar menjadi inti dari cerita atau berkaitan langsung dengan pokok atau
masalah yang ingin didedahkan dalam cerita
8. Outline lazimnya dibuat dalam bentuk
poin-poin penting, disusun berdasarkan urutan cerita. Tapi outline itu hanya “arah dasar”,
sementara dalam perjalanan menulis kita boleh melakukan improvisasi dan
memperkaya cerita.
9. Sudut Pandang (POV)
a. POV I (Aku sebagai penutur)
·
eksplor diri sendiri dan pengalaman pribadi
·
kelemahan: tokoh aku tidak bisa mengetahui pikiran
orang lain, tidak dapat menceritakan hal - hal di luar dirinya
·
kisah tokoh lain dapat di eksplor dengan percakapan
- POV 3 (narator serba tahu, tokoh menjadi orang
ketiga)
bisa bebas mengeksplorasi tokoh.
- POV 2 (menggunakan tokoh "kamu"
Etalase Cerita
1. Etalase Cerita adalah bagian
terpenting dari sebuah cerita yang terdiri dari Judul dan Pembuka Cerita.
2. Ada beberapa cara untuk
menemukan judul.
a. Menggambarkan suasana. Bisa
pula kita memberi sentuhan simbolik, dan perumpamaan atau pengandaian terhadap
suasana itu sehingga menjadi imajinatif ketika dibayangkan, cth. "Seribu
kunang-kunang di Manhattan"
b. Menggambarkan tokoh. Bisa dari
namanya, karakternya, penampilannya, tubuhnya, dan sebagainya
c. Menggambarkan masalah.
d. Menggambarkan objek dalam
cerita.
e. Menyimpulkan cerita.
f.
Mengambil kutipan dari salah satu percakapan yang
menarik.
g. Judul dengan nada bertanya.
h. Menggambarkan aktivitas tokoh.
i.
Label atau sebutan.
j.
Kiasan.
3. Ada beberapa hal perlu
diperhatikan dalam membuat pembuka cerita:
a. Pilihlah salah satu hal paling
menarik diceritakan di awal, yang memberi sentuhan mendalam kepada pembaca, agar ia terus
membacanya.
b. Pembuka cerita harus bisa
membuat penasaran pembaca. Bocorkan sedikit masalah di pembuka cerita sehingga
pembaca bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya.
c. Langsung ke pokok persoalan dan
jangan bertele-tele. Jangan menceritakan hal-hal tak penting atau sesuatu yang
bukan menjadi daging cerita. Ibarat balapan, ini adalah garis start, dan Anda
harus mengemudikan cerita hingga sampai di garis finish.
d. Jangan menyajikan hal-hal
klise. Pembuka cerita yang biasa saja, tidak menohok, akan menjadi hambar
sehingga orang akan segera meninggalkan cerita. Maka itu, pikirkan
matang-matang kalimat apa yang paling kuat untuk membuka.
e. Hindari pembuka yang menggurui
atau mendikte. Bertindaklah sebagai juru cerita, yang menceritakan, bukan
seseorang yang mengajarkan sesuatu kepada pembaca. Posisikan diri kita secara
netral, bukan seseorang yang lebih tahu dari pembaca.
f.
Hindari membuka cerita dengan opini, pendapat atau
tafsir. Contoh pembuka yang beropini:
"Perempuan yang baik pasti tahu kapan harus menjadi ibu rumah tangga dan
kapan harus menjadi seorang profesional dalam karirnya. Begitu pula Asih.
Meskipun di kantor ia seorang direktur, yang segala sesuatu tinggal memberi
perintah kepada bawahannya, tapi di rumah….. Dst"
4. Berikut beberapa cara membuka
sesuai dengan isi ceritanya:
a. Membuka dengan suasana atau lokasi
cerita.
b. Memulai dengan penggambaran
sosok tokoh.
c. Memulai dengan penggambaran
konflik
d. Membuka dengan pernyataan
e. Membuka dengan pertanyaan
f.
Memulai dengan kutipan
5. Judul dapat digunakan untuk
menyusun sebuah sinopsis. Beberapa yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan
judul:
a. Yang menyiratkan tema sehingga
pembaca tidak salah menduga
b. Yang gampang diingat
c. Buatlah yang unik
d. Gaya puitis atau metaforis
e. Cobalah sesuatu yang nyeleneh
atau tidak lazim
6. Pembukaan adalah daya tarik
bagi pembaca sejak alenia pertama. Hal yang bisa dilakukan adalah
a. Gambaran isi cerpen]
b. Ledakan bom
c. Unik
d. Topik Hangat
e. Dialog puncak konflik,
progressive, dan membuat pembacara ingin tau endingnya.
Tokoh yang Unik
1. sikap itu akan mempengaruhi
bagaimana cerita itu berjalan, mulai dari adegan, sikap, perilaku, hingga
ucapan tokoh-tokohnya.
2. Karakter atau tokoh cerita
bukan sekedar sosok-sosok yang mengisi cerita, tapi harus menggambarkan
keunikan dan kekhasan.
3. Dalam menciptakan sebuah tokoh
harus memberikan identitas yang jelas.
Harus dilakukan riset tentang tokoh-tokoh itu agar karakter mereka kuat
dan punya kekhasan masing-masing.
a. Siapa dia?
b. Bagaimana masa kecilnya?
c. Seperti apa status ekonominya?
d. Apa pekerjaannya?
e. Apa rasnya?
f.
Apa pendidikannya?
g. Cara berbicaranya seperti apa?
4. Menemui banyak orang di dunia
nyata akan membuat kita makin kaya dengan variasi tokoh.
5. Perbedaan tokoh cerpen dan
novel adalah:
a. Cerpen menghadirkan satu momen
dalam kehidupan si tokoh, sedangkan novel cukup banyak momen
b. Novel membutuhkan lebih banyak
tokoh dibandingkan cerpen.
6. Sebuah tokoh dapat digunakan
dalam beberapa cerpen atau cerita.
Setting dan Latar
1. Setting atau latar cerita
adalah lokasi tempat terjadinya peristiwa. Peristiwa bisa di mana saja. Namun
dalam dunia fiksi, pengarang selalu mencari latar cerita yang (pertama)
mendukung dan menguatkan cerita, dan (kedua) unik dan eksotik.
2. Keleluasaan dan keluasan
imajinasi pengarang dalam menciptakan setting yang unik, menarik, dan jarang
diketahui banyak orang akan membuat pembaca mendapat pengalaman berbeda dalam
membaca.
3. Bisa saja pengarang
menghadirkan tempat-tempat yang sangat umum, namun ia harus mengolah dan mengemas
tempat itu dengan imajinasinya sehingga tampak baru dan berbeda dengan
kenyataan aslinya.
4. Pengarang perlu berkelana
dengan imajinasinya untuk menemukan tempat-tempat baru, yang berbeda dan
memberi pengalaman baru bagi pengarang itu sendiri sekaligus bagi pembaca.
5. Latar terdiri dari latar
tempat, waktu, peristiwa, dan tokoh. Fungsi dari latar adalah untuk melahirkan,
menajamkan, dan memperluas perspektif. Setiap latar dapat mempengaruhi latar
lainnya.
6. Latar dapat diperlihatkan
secara deskriptif dalam narasi/dialog. Latar didapatkan dari ingatan (latar
yang telah awam bagi kita), observasi (tempat yang belum pernah dikunjungi),
atau imajinasi (tempat fiksi bisa berdasarkan tempat yang nyata)
Menggarap Konflik
1. Sebelum menulis, kita harus
menemukan dulu masalahnya apa. Masalah itu lalu kita uraikan dan kembangkan
dengan imajinasi dan rangkai menjadi sebuah cerita.
2. Intinya semua hal dalam cerita
merupakan kumpulan elemen yang terlibat dalam masalah yang sedang diceritakan.
Mereka terkait satu sama lain dalam kompleksitas masalah itu. Entah itu sebagai
antagonis, pratagonis, dan sekedar figuran. Tidak satu pun tokoh dalam cerita
yang terbebas dari kaitan dengan masalah itu.
3. Konflik adalah pertentangan
atau ketegangan yang terjadi di sepanjang cerita yang bisa berupa sebuah
masalah tertentu. Masalah dapat berkembang jika mendapatkan respon dari
portagonis.
4. Cara mengembangkan konflik
dalam sebuah cerita
a. Munculkan tokoh protagonis
bersama dengan masalah yang akan dihadapi
b. Tokoh protagonis merespon
masalah yang ada
c. Tokoh protagonis harus
mendapatkan penghalang
d. Tokoh protagonis harus memiliki
sikap tertentu untuk memenangkan/menyelesaikan masalah. Sedangkan Penghalang
berusaha untuk menghalangi protagonis untuk mendapatkan yang diinginkan.
e. Tokoh protagonis memberikan
usaha maksimal untuk mewujudkan tujuannya. Disini dilihatkan apakah tujuan akan
tercapai atau tidak.
Jalan Cerita
1. Jalan cerita atau alur adalah
rangkaian peristiwa yang dimulai dari pembuka hingga akhir cerpen.
2. Secara umum, dalam penulisan
cerita dikenal dengan tiga jenis alur:
a. Alur maju – cerita disusun
secara kronologi/linear
b. Alur mundur (flashback/ kilas
balik) – cerita disusun dari depan, lalu mundur ke belakang
c. Alur maju-mundur – cerita yang
disusun dari depan, lalu ke belakang, ke depan lagi, lalu ke belakang lagi, dan
itu terjadi berulang-ulang.
3. Ketegangan atau suspense adalah
bagian penting yang mengisi alur cerita. Dalam bahasa sederhana, suspense
adalah suatu kondisi dalam cerita yang mendorong ingin tahu pembaca apa yang
akan terjadi selanjutnya.
Penutup Cerita
1. Jadi penutup adalah kunci
penting untuk memperkuat keseluruhan cerita. Dalam sebagian cerita, pengarang
berusaha “mengganggu” pembaca agar teringat-ingat terus dengan penutup
ceritanya.
2. Secara umum ada dua cara
menutup cerita, yakni dengan (1) ending tertutup dan (2) ending terbuka. Namun
ada juga yang disebut dengan Twist Ending dan surprise ending.
a. Ending tertutup adalah cerita
yang kisahnya diselesaikan oleh pengarang. Cerita benar-benar ditutup, sehingga
tidak ada hal yang menggantung atau menjadi pertanyaan. Ending tertutup ini
bisa berupa suasana bahagia (happy ending), sedih (sad ending), marah, kalem,
dan sebagainya.
b. Pada ending terbuka, kesan kuat
itu lebih mudah dibangun. Sebab, pembaca dipaksa untuk memikirkan apa yang akan
terjadi selanjutnya–dalam bahasan sebelumnya kita sebut sebagai suspense. Pada
ending terbuka pengarang membiarkan cerita menggantung.
c. Twist ending adalah ending yang
berbalik dan tidak terduga sebelumnya.
d. Surprise Ending adalah tidak
terduga peristiwanya.
3. Saat menulis bayangkan diri
sendiri sebagai pembaca dengan menduga-duga alur cerita akan berakhir kemana.
4. Cerita yang baik adalah saat
dapat memberikan gema, memiliki kesan tersendiri dan membuat pembaca terus
memikirkan tokoh-tokoh dalam cerpen. Sehingga ending memiliki peran yang
tinggi.
Penyuntingan
1. Penyuntingan meliputi kesalahan
ketik, tata bahasa, kalimat, cara bercerita, hingga struktur cerita. Semua hal
yang dirasakan kurang memuaskan, baik dari sisi elementer kebahasaan hingga
substansi cerita, mesti disunting agar cerita menjadi lebih baik.
2. Sistem pengkalimatan dalam
menulis harus ringkas, padat, dan jelas. Maka usakan kalimat itu tidak lebih
dari 20 kata
3. Intinya semua hal yang
dirasakan kurang pas atau belum memuaskan bisa disempurnakan dalam proses
editing. Bukan hanya memotong dan merapikan, penulis pun bisa menambahkan
(narasi atau penjelasan) yang dirasakan kurang. Jadi dalam proses ini penulis bisa
mengurangi yang berlebihan dan menambahkan bila ada yang terasa kurang.
4. Pematangan cerpen dilakukan
dengan membaca kembali dan melakukan editing terhadap karyanya sendiri.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara
a. Mengendapkan dulu tulisan
sebelum dibaca kembali
b. Editing dapat dilakukan
berkali-kali
c. Jangan mengedit saat sedang
banyak pikiran
5. Hal yang perlu diperhatikan
saat membaca ulang
a. Kesalahan ketik
b. Kesalahan penulisan
c. Tata bahasa
d. Ubah struktur bila perlu
(memperdalam deskripsi, memperkuat tokoh, latar/setting)
6. Cara lain untuk melihat
kualitas cerpen yang kita buat yaitu meminta orang lain 2-3 orang untuk membaca
tulisan kita dan memberikan masukan yang kritis. Cerpen yang dirasa sudah
matang dapat dipublikasikan melalui berbagai media
Publikasi
1. Cara mengirimkan tulisan ke
media konvensional:
a. Siapkan cerpen yang ingin Anda
kirimkan (boleh lebih dari satu cerita).
b. Pilih media yang akan
dikirimkan.
c. Pastikan media itu memiliki
rubrik cerpen. Untuk level nasional, media-media yang menyediakan rubrik cerpen
seperti Koran Tempo, Kompas, Media Indonesia, Republika, Jawa Pos, Detik.com, dan berbagai media
online lainnya.
d. Cerpen yang Anda kirimkan belum
pernah dimuat di media lain, termasuk platfom penulisan dan media sosial. Jadi
betul-betul baru pertama kali dipublikasi.
e. Panjang cerpen untuk media
online berkisar antara 6.000-12.000 karakter.
f.
Kirim cerpen lewat email ke media-media tersebut.
Alamat email bisa dicari di internet atau dengan membuka website media yang
ingin dikirimkan itu.
g. Untuk kirim pertama kali
disarankan sertakan tanda pengenal dalam file terpisah.
h. Sertakan biodata singkat di
badan email, atau di bawah cerpan. Panjangnya cukup satu-dua alinea saja.
Biodata dalam bentuk narasi.
i.
Tulis alamat lengkap, nomor kontak nomor NPWP (jika
ada), serta nomor rekening bank. Ini penting jika nanti tulisan Anda lolos
seleksi dan dimuat, Anda akan mendapatkan honor, yang jumlahnya berbeda-beda
tiap media.
j.
Waktu tunggu dimuat atau tidak sekitar dua sampai tiga
bulan. Jika dalam waktu tiga bulan belum dimuat, artinya tulisan Anda belum
lolos seleksi. Jika tidak dimuat, cerpen tersebut bisa diedit ulang atau
direvisi kemudian bisa dikirim ke media lain.
k. Jangan kapok jika beberapa kali
kirim tidak dimuat. Kirim terus, dan belajar terus, sampai suatu saat lolos
seleksi. Ada penulis yang berpuluh-puluh kali kirim baru karyanya dimuat.
2. Untuk bisa dijadikan buku,
minimal Anda sudah menulis 10 cerpen.
3. Untuk membukukan cerpen, ada
dua altenatif yang bisa Anda pilih, yaitu
a. melalui penerbit :
1)
Siapkan naskah cerpen (minimal 10), biodata (boleh
panjang), tanda pengenal, alamat lengkap dan nomor kontak.
2)
Kirim naskah beserta lampirannya ke penerbit dengan
dua cara: lewat email dan/atau print-outnya beserta CD dikirm lewat kurir.
3)
Naskah belum pernah atau tidak sedang diterbitkan oleh
penerbit lain
4)
Masa tunggu keputusan diterbitan atau tidak bervariasi
masing-masing penerbit, paling cepat biasanya tiga bulan. Tapi rata-rata 3-6
bulan, tapi ada pula yang lebih.
5)
Jika disetujui untuk diterbitkan, penerbit akan
mengirim kontrak untuk ditanda tangani.
6)
Jika tidak disetujui untuk diterbitkan di penerbit A,
Anda bisa mengirimkan naskah itu ke penerbit B. Begitu seterusnya, sampai ada
yang “kecantol” untuk diterbitkan.
b. melalui jalur indie:
1. Naskah
1)
Menyusun naskah dalam bentuk buku (lihat contoh buku
cerpen yang ada).
2)
Mendaftarkan ISBN ke Perpustakaan Nasional. Untuk ini
Anda harus punya lembaga yang punya akte notaris. Jika tidak punya, bisa
numpang ISBN penerbit indie atau lembaga yang Anda kenal baik, misalnya
yayasan, lembaga, dan hingga perusahaan.
3)
Mencari orang yang melayout dan membuat cover
4)
Memeriksa hasil layout dan cover
5)
Membawa ke percetakan. Kini cetak buku tidak harus
banyak, mencetak 1 eksemplar saja bisa. Banyak digital printing yang menerima
cetak buku satuan. Tentu harganya lebih tinggi cetak satuan ketimbang cetak
dalam kuantitas banyak.
6)
Sesuaikan jumlah cetak dengan potensi laku. Maka itu
Anda harus memperkirakan berapa banyak buku akan laku, maka sejumlah itulah
yang dicetak agar tidak boros.
7)
Sangat disarankan membuka pre-order (pra pemesanan)
agar Anda tahu betul berapa yang sudah pasti laku buku Anda.
4. Media publikasi memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing - masing.
a. Posting media sosial :
mendapatkan komunitas pembaca karya yang dibuat
b. Perhatikan syarat dan ketentuan
yang berlaku di masing-masing platform penulisan.
c. Pahami karakteristik cerpen
yang diterbitkan di masing-masing media tersebut
d. Jangan mengirimkan naskah
dengan waktu yang bersamaan ke beberapa media
e. Kirimkan karya yang orisinal
dan belum pernah dipublikasikan dimana pun.
f.
Cerpen juga bisa dipublikasikan dalam bentuk audio
atau audiovisual
g. 10/20 cerpen dapat dijadikan buku
cetak/digital
Membaca hingga melawan klise
1. Penulis diharapkan mampu
melawan klise hingga menjadi seorang penulis yang memikat dan membius hati
pembaca dengan kisah dari hal-hal yang sederhana sampai kisah yang kompleks.
Klise dalam pengertian ini sesuatu yang sudah lazim dan biasa terjadi, sering
diangkat pengarang lain ke dalam cerita, dan tidak menemukan sesuatu yang lain
dari cerita.
2. Seseorang harus memperdalam
hal-hal yang paling disukainya sehingga menjadi “ahli” dalam bidang itu.
Seorang penulis memang harus menjadi spesialis.
3. Penulis harus menentukan tema
cerpen yang akan dijadikan spesialisasi dalam kepenulisannya.
4. Penulis harus banyak membaca baik
buku pengetahuan atau karya - karya dari penulis lainnya yang telah teruji
kualitasnya.
5. Penulis harus mengamati hal-hal
yang terjadi di sekelilingnya. Bukan hanya untuk pengetahuan dan membentuk
kesadaran, tapi itu juga melatih kepekaan dalam menangkap momen-momen tertentu
yang bisa menjadi ide tulisan.
6. Sesungguhnya, sebagian besar
hal di dunia ini adalah perulangan saja, pernah terjadi, sehingga sangat biasa.
Tantangan bagi pengarang adalah bagaimana menggarap yang biasa itu menjadi luar
biasa. Tolak ukur kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang baru, tapi
bahan-bahannya diambil dari yang sudah ada.
7. Menulis adalah proses belajar
terus-menerus dan tidak bisa mendapatkan hasil secara instan. Apa pun tujuan
Anda menulis, mencapai hasilnya butuh waktu dan usaha keras. Semua orang harus
melalui berbagai tahapan untuk mendapatkan keberhasilan. Kuncinya hanya satu:
jangan mudah menyerah!
================
Ikuti kelasnya untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut dari para ahli mengenai materi tersebut.
0 Komentar