Not One Less ( Original
title: Yi ge dou bu neng shao)| 1999 |1h 46m
Genre : Drama| Negara: China
Director: Yimou Zhang | Writers: Xiangsheng Shi
Pemeran: Minzhi Wei, Huike
Zhang, Zhenda Tian, dll
IMDB : 7.7/10
My Rate : 9/10
Wei Minzhi, gadis 13 tahun yang harus
menjadi guru pengganti di sebuah desa terpencil terus berupaya mempertahankan
semua muridnya untuk dapat terus bersekolah.
Sinopsis
Walikota membawa Wei Minzhi untuk
menjadi guru pengganti di sebuah sekolah kecil di desanya yang cukup terpencil,
SD Shuiquan, menggantikan guru Gao yang saat itu menjadi guru disana. Guru Gao
harus meninggalkan sekolah dan pergi keluar desa karena ibunya yang sakit. Guru
Gao berencana akan pergi sekitar 1 bulan dan 1 bulan itulah Minzhi harus
menggantikannya.
Walikota dan Minzhi dating ke SD Shuiquan |
Minzhi dijanjikan bayaran sebesar 50
yuan oleh walikota dan disuruh untuk memintanya kepada guru Gao. Sedangkan guru
Gao sendiri belum dibayar gajinya lebih kurang selama 6 bulan. Guru Gao meminta
Minzhi menanyakan kepada walikota untuk bayaran tersebut.
Minzhi hanyalah gadis berumur 13 tahun
yang hanya lulus sekolah dasar. Jarak umur dirinya dengan para murid tidak
terlalu jauh. Murid di SD tersebut sebanyak 28 orang total dari anak kelas 1
hingga 4. Guru Gao merasa ragu dengan kemampuan Minzhi dan meminta kepada
walikota untuk dapat mencarikan guru pengganti lainnya. Namun, walikota
mengatakan tidak ada yang mau mengajar di sekolah tersebut karena tempatnya
yang terpencil. Guru Gao akhirnya menerima dengan terpaksa Minzhi sebagai guru
penggantinya.
Guru Gao menanyakan kemampuan Minzhi
dalam mengajar. Namun, Minzhi hanya bisa menyanyikan satu lagu dan itupun masih
salah lirik. Guru Gao meminta Minzhi untuk menghafalkan lagu tersebut dan
selanjutny a dirinya dapat menyalin pelajaran ke papan tulis serta meminta
muridnya menyalin ke buku.
Jatah kapur selama 1 bulan |
Sekolah tersebut sangat miskin, meja dan
kursi sebagian rusak, bangunan yang sudah tua, dan kapur yang terbatas. Guru
Gao akan pergi selama sebulan, sehingga dirinya hanya memberikan kapur sebanyak
30 potong dimana Minzhi hanya bisa menggunakan 1 per harinya. Ruang guru
digunakan selain sebagai tempat buku dan alat sekolah lainnya, juga digunakan
sebagai kamar tidur. Minzhi harus tidur dengan menggunakan satu kasur bersama 3
murid perempuan lainnya yang juga tinggal disitu. Sedangkan ada 2 anak
laki-laki yang juga tidur di ruang kelas.
Pagi hari, walikota datang untuk
menjemput dan mengantarkan guru Gao meninggalkan desa. Guru Gao yang masih
khawatir dengan muridnya harus berbesar hati menitipkan muridnya kepada Minzhi.
Minzhi yang mendengar suara kendaraan walikota, terbangun dan berlari mengejar
kendaraan tersebut. Dirinya meminta kejelasan mengenai bayaran yang dijanjikan.
Walikota menghentikan kendaraannya dan
mengatakan akan membayar Minzhi setelah pekerjaannya di sekolah tersebut
selesai. Saat itu telah banyak murid yang berhenti sekolah, sehingga Guru Gao
meminta kepada Minzhi menjaga murid - muridnya. Guru Gao berjanji untuk
memastikan Minzhi mendapatkan bayarannya dan mengatakan bahwa akan menambahkan
10 yuan jika murid masih lengkap berjumlah 28 orang saat dirinya kembali.
Minzhi mengejar mobil yang membawa guru Gao |
"Jika semua siswa di sini ketika aku kembali dan tidak kurang satu pun, saya akan memberi kamu tambahan 10 yuan"
Kegigihan Wei Minzhi
Minzhi sama sekali tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Saat walikota datang memeriksa, semua anak masih bermain di
luar dan tidak berada di dalam kelas. Setelah memulai kelas dan memperkenalkan
Minzhi kepada para murid, walikota meninggalkan Minzhi sendiri di sekolah
tersebut. Minzhi mengikuti suruhan Guru Gao, dirinya menuliskan pelajaran di
papan tulis dan meminta murid untuk menyalinnya ke buku catatan.
Setelah selesai menuliskan pelajaran di
papan tulis, dirinya keluar kelas dan menunggu di depan pintu agar tidak ada
anak yang pergi dari kelas tersebut. Dirinya sama sekali tidak peduli dengan
keadaan di dalam kelas. Namun, tugas Minzhi tidak berjalan dengan lancar saat
salah satu anak yang bandel di kelas, Zhang Huike, membuat kegaduhan dengan
menjatuhkan kapur. Selain itu, dirinya juga sering berbuat onar di kelas.
Suatu hari walikota bersama dengan
beberapa orang pencari bakat datang untuk mengajak Min Xinhong pergi ke kota.
Mereka sedang mencari pelari hebat untuk dilatih dan ikut lomba ke kota. Namun,
Minzhi melarang walikota untuk membawa Xinhong karena tidak mau ada satupun
muridnya yang berkurang.
Keesokan harinya saat walikota datang,
Xinhong menghilang dan disembunyikan oleh Minzhi. Zhang Huike yang diberi
iming-iming uang oleh walikota akhirnya memberi tahu tempat persembunyian
Xinhong. Walikota pun berhasil membawanya, meskipun Minzhi mencoba untuk
berlari mengejar mobil yang membawa Xinhong.
Beberapa hari selanjutnya, Zhang Huike
menghilang. Para murid mengatakan bahwa orang tua Huike membawanya pulang.
Minzhi pun mendatangi rumah Huike. Ibu Huike yang tengah berbaring sakit
mengatakan, Huike pergi ke kota bersama dengan anak dari desa lainnya. Huike
akan bekerja di kota untuk dapat mengumpulkan uang demi melunasi hutang orang
tuanya.
Minzhi menemui ibu Zhang Huike yang sakit |
Minzhi meminta bantuan walikota untuk
membawa kembali Huike pulang. Namun, walikota menolak untuk membantunya, karena
merasa hal tersebut adalah masalah keluarga Huike. Keputusan tersebut diambil
karena memang keluarga Huike sedang membutuhkan uang. Sehingga mau tidak mau
Huike harus ke kota untuk mencari uang.
Minzhi tidak putus harapan. Dirinya
dengan para murid lainnya mencari cara untuk dapat pergi ke kota menjemput
Huike. Beberapa cara dilakukannya untuk mengumpulkan uang demi membeli tiket ke
kota.
Apakah Minzhi akan berhasil mencapai
kota dan membawa kembali Huike pulang?
Ulasan
Film ini diadaptasi sebuah cerita
karangan Shi Xiansheng tahun 1997 yang berjudul A Sun in the Sky (天上有个太阳; pinyin: tiān shàng yǒu ge tàiyáng.
Film ini mengangkat isu kemanusiaan di bidang pendidikan. Pada tahun 1990-an,
China memprioritaskan pendidikan bagi para warganya dengan menerapkan wajib
belajar 9 tahun. Namun, tantangan utamanya adalah memberikan pendidikan bagi
masyarakat di pedalaman. Hal ini disebabkan banyaknya anak yang putus sekolah
karena harus bekerja.
Fenomena
putus sekolah memang suatu fenomena yang sering terjadi di masyarakat bahkan
hingga saat ini. Berdasarkan hasil sensus dari BPS di Indonesia pada tahun
2022, masih adanya fenomena putus sekolah di beberapa jenjang pendidikan
seperti SMA (1.38%), SMP (1.06%), dan SD (0.13%). Banyak juga sekolah di desa
kecil yang mungkin dari segi fasilitas belum di dalam kategori layak.
Hal
ini yang kemudian diangkat oleh Yimou Zhang dalam filmnya Not One Less. Film
ini termasuk film terbaik dengan mendapatkan 17 penghargaan dan 10 nominasi
diberbagai ajang penghargaan. Dengan menggunakan aktor dan aktris yang bukan
dari kalangan profesional membuat film ini terlihat lebih nyata. Bahkan nama
karakter dalam film tersebut juga menggunakan nama asli dari para pemain
sebagai contoh Wei Minzhi, Zhang Huike, bahkan walikota dalam film itu pun
dalam dunia nyatanya juga merupakan seorang walikota.
Akting
dari para pemainnya patut diberikan standing ovation terutama pada tokoh
Minzhi. Tidak hanya sekali effort yang cukup besar ditunjukkan oleh Minzhi
dimana dirinya harus berlari dan berjalan kesana kemari di dalam film tersebut.
Bahkan ada sebuah adegan dirinya terperosok dari atas tanah yang tinggi saat mengejar
mobil yang membawa Xinhong yang pastinya tidak ada di dalam skenario. Namun,
Minzhi tetap memberikan totalitasnya dalam berakting.
Alur
cerita yang digunakan adalah alur maju yang mengalir dengan baik dan tersusun
dengan rapi. Sehingga penonton diajak melihat secara kronologis setiap kejadian
yang terjadi. Meski dialog yang diucapkan oleh para pemain bukan dialog yang
puitis atau yang bertele-tele. Namun, film ini dapat memperlihatkan emosi dan
perasaan yang murni dari para pemainnya. Benang merah terlihat jelas dan
terjaga hingga akhir cerita.
Banyak
pelajaran yang dapat kita ambil dari film ini yaitu pentingnya penyerataan
pendidikan bagi seluruh anak di tempat kita tinggal. Banyak anak yang ingin
bersekolah dan belajar, tetapi sering kali ekonomi mereka menjadi penghalang.
Mereka memilih untuk bekerja dan membantu memenuhi kebutuhan keluarga dibandingkan
sekolah. Hal inilah yang harus menjadi perhatian bersama agar pendidikan bagi
anak tidak terabaikan.
Perhatian
bidang pendidikan ini tidak hanya serta merta menjadi perhatian dari
pemerintah. Meski pemerintah memang memiliki andil yang besar dalam hal
tersebut, tetapi kita sebagai masyarakat juga dapat memberikan kontribusi untuk
kemajuan pendidikan. Terutama untuk pendidikan di daerah - daerah atau desa - desa terpencil.
(aluna)
0 Komentar