Review Film I Lost My Body (2019)

 

Review Film I Lost My Body (2019)

I Lost My Body (Original title: J'ai perdu mon corps) | 2019 | 1h 21m
Genre : Adult Animation/Animation/Drama/Fantasy/Romance | Negara: France
Director: Jérémy Clapin | Writers: Jérémy Clapin, Guillaume Laurant
Pemeran: Hakim Faris, Victoire Du Bois, Patrick d'Assumçao
IMDB: 7.5
My Rate : 9/10

Perjalanan sepotong tangan yang mencari pemiliknya dan perjuangan seorang pemuda merangkai cinta dan harapan dalam perjalanan hidupnya.

Peringatan:

Terdapat adegan seks, minuman keras, dan kekerasan

Sinopsis:

Sepotong tangan berusaha untuk keluar dari sebuah lemari pendingin dan menjelajah Paris demi mencari pemiliknya. Perjalanannya tidaklah mudah dan harus menghadapi berbagai macam hambatan yang berat bagi sepotong tangan. Dirinya memiliki satu tujuan yaitu tempat pemiliknya berada. Kenangan dan ingatan dari masa lalu menemani perjalanannya.

Naufel, seorang anak yang ceria dengan orang tua yang amat menyayanginya, harus rela kehilangan kebahagiaannya saat kecelakaan terjadi pada dirinya dan orang tuanya. Seketika Naufel menjadi yatim piatu dan harus tinggal bersama paman dan sepupunya yang tidak memperlakukannya dengan baik. Naufel tumbuh menjadi pria yang menyedihkan dan sering kali mengalami kegagalan.

Naufel bekerja sebagai pengantar pizza. Dirinya sering dan terus menerus melakukan kesalahan. Hingga suatu hari kesialan mendatanginya.

Naufel mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya terlambat untuk mengantarkan pizza. Namun, ternyata kesialan itu membawa hal yang baik baginya. Naufel jadi mengenal Gabriella, pelanggan yang yang harusnya menerima pizza kirimannya.

Naufel berbicara melalui interkom di apartemen Gabriella. Awalnya percakapan itu berjalan tidak baik, keduanya memiliki kondisi perasaan yang buruk. Gabriella yang kesal karena pizzanya datang terlambat dan Naufel yang kesal karena mengalami kesialan. Namun, percakapan mereka pun terus berlanjut dan membuat Naufel merasa ingin mengenal lebih dekat Gabriella.

Naufel seakan menemukan kembali harapan hidupnya. Dirinya berusaha untuk mencari tahu keberadaan Gabriella hingga membuntutinya ke tempat kerja pamannya. Akankah Naufel dapat menemukan cintanya?

 

Ulasan:

I lost my body adalah sebuah film di Netflix yang diadaptasi dari novel berjudul Happy Hand karangan Guillaume Laurant. Film ini mendapatkan nominasi di Oscar sebagai Best Animated Feature. Film ini juga menjadi film animasi pertama yang mendapatkan penghargaan Nespresso Grand Prize di Cannes Film Festival tahun 2019. Selain itu, film ini juga memenangkan 32 penghargaan lain dan masuk dalam 56 nominasi lainnya.

Meski film ini adalah film animasi, tetapi film ini bukan diperuntukkan bagi anak - anak. Ide cerita yang disajikan cukup berat jika harus menjadi tontonan anak. Selain itu, terdapat beberapa adegan yang tidak pantas untuk ditonton bagi anak seperti sex, kekerasan, dll.

Gambar animasi film ini amat baik dan halus. Pergerakan mulus dan tidak terkesan kaku. Perpindahan tiap adegan juga berjalan dengan baik. Ditambah lagi dengan pemilihan musik dan lagu yang mendukung tampilan dan jalan cerita yang disajikan.

Ide cerita yang diangkat amat menarik, dimana penonton akan melihat sebuah cerita dan perjalanan dari sepotong tangan.  Tangan tersebut melakukan segala upaya dan harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk kembali kepada pemiliknya. Film ini seakan menganalogikan bahwa tangan tersebut belum rela untuk melepaskan rasa 'kehilangannya' yang dirasakannya.

Hal itu juga terlihat dari cara tokoh utama untuk mengatasi perasaan kehilangannya. Naufel yang harus kehilangan orang tuanya, terus menerus dilingkupi rasa bersalah dan tidak memiliki semangat untuk hidup. Semangat yang muncul saat bertemu dengan Gabriella juga tidak bertahan lama selaras dengan rusaknya hubungan mereka. Naufel yang terpuruk kembali harus merasakan kehilangan dan mencoba untuk menerima rasa kehilangan tersebut.

Pembangunan karakter dari tokoh amat terasa dan berakhir dengan cukup baik. Intro, klimaks, dan outro tersusun dengan amat baik dan sistematis. Namun, penonton perlu menonton dengan seksama karena alur yang digunakan adalah alur maju mundur. Dimana mungkin akan menimbulkan kebingungan jika tidak ditonton secara seksama. Selain itu, cerita seakan memperlihatkan dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang Naufel dan sudut pandang potongan tangan tersebut.

Film ini memiliki makna yang mendalam dan amat cocok bagi cineas yang menyukai film - film bertemakan psychology atau sastra. Hanya saja, meski film ini dibilang amat baik. terdapat beberapa hal yang menimbulkan tanda tanya saat menonton.

Tidak dijelaskan kenapa potongan tangan tersebut bisa berada di tempat yang jauh dari pemiliknya. Bahkan kita tidak mengetahui dengan pasti dimana tempat tersebut, apakah di sebuah rumah sakit atau tempat lainnya. Hal ini karena saat pembukaan terkesan tempat tersebut bukan tempat yang seharusnya.

Perjalanan tangan tersebut merupakan ide yang cukup menarik. Namun, bagaimana tangan tersebut dapat melihat dan memiliki penglihatan. Pastinya itu menjadi suatu hal yang tidak masuk akal, bukan?

Ditambah lagi saat Naufel bekerja di Wood Workshop tersebut, Naufel bisa dengan seenaknya menggunakan kayu yang telah dibeli bosnya untuk keperluan dirinya sendiri. Bahkan Naufel tidak mendapat masalah atas hal tersebut. Hal ini juga menjadi tidak masuk akal.

Mengesampingkan hal itu semua, film ini layak untuk ditonton dan dinikmati dengan pesan yang cukup mendalam.


Adegan yang mengesankan:  

Noufel mengantarkan pizza kepada Gabriella. Noufel mencoba menghubungi Gabriella melalui interkom apartemennya. Percakapan itu terus berlangsung dan mulai membuat Noufel merasa nyaman dan segala kesulitannya sedikit memudar. Noufel pun menjadi penasaran dengan sosok Gabriella.

 

Dialog mengesankan:

"Kau percaya takdir? Tidak, sungguh."

 

Ending:

Happy Ending.

 

Rekomendasi:

Must watch!

 

(Aluna)

 


Posting Komentar

0 Komentar