Review Film The Photograph (2007)

 

Review Film The Photograph (2007)

The Photograph | 2007 | 1h 34m
Genre : Drama| Negara: Indonesia
Director: Nan Triveni Achnas | Writers: Nan Triveni Achnas
Pemeran: Kay Tong Lim, Shanty, Lukman Sardi
IMDB: 6.7
My Rate : 10/10

Sita yang sedang berjuang dengan hidupnya, berusaha membantu Johan mewujudkan impiannya mencari penerus dari studio foto miliknya sebelum kematian menjemput.    

Peringatan:

Terdapat adegan kekerasan, seks, dan kata kasar

 

Sinopsis The Photograph :

Sita (Shanty) harus pindah dari rumah Rosi (Indy Barends) karena menghindari Suroso (Lukman Sardi), germo yang membawanya kerja di kota. Sita pindah ke sebuah loteng kecil di atas studio foto milik Johan (Kay Tong Lim). Johan adalah fotografer tua yang misterius, selain memiliki studio foto, dirinya juga biasa melakukan foto keliling. Meski awalnya Johan tidak merasa mengijinkan Sita untuk tinggal di lonteng tersebut, tetapi dirinya membiarkan Sita untuk tinggal disana.

Malam hari, Sita bekerja sebagai seorang penyanyi di sebuah Bar. Suroso pun menemukan dirinya dan terus mengingatkan Sita akan hutang - hutang yang belum dibayarnya kepada Suroso. Selain mencari uang untuk membayar hutangnya, Sita juga harus berjuang untuk mencari uang demi kebutuhan ibu dan anaknya di kampung. Ibunya yang sakit - sakitan membutuhkan uang untuk pengobatannya. Sita pun harus memendam rasa rindunya terhadap Yani, anak perempuan semata wayangnya

Suatu malam, Suroso membawa Sita untuk menemui beberapa pengunjung di sebuah hotel. Sita tidak mengetahui bahwa malam itu dirinya akan mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Dengan segala luka dan sakit di sekujur tubuhnya, dirinya pun melarikan diri dari hotel tersebut dan meninggalkan Suroso yang terus mengejarnya. Sita pun memutuskan untuk berhenti bekerja.

Sita yang tidak memiliki uang untuk membayar sewa kepada Johan, menawarkan diri untuk membantu Johan melakukan pekerjaannya. Johan yang telah tua dan merasa umurnya tidak lama lagi, berkeinginan untuk mencari penerus studio fotonya. Sita yang melihat hal tersebut, membantu Johan untuk mencari penerus yang sesuai dengan kriteria Johan. Ternyata Johan menyimpan sebuah rasa bersalah atas masa lalunya yang kelam. Rasa simpati pun muncul di hati Sita.

Akankah mereka dapat menemukan penerus Johan?

 

Ulasan:

Film The Photograph memiliki ide cerita yang cukup menarik. Ide cerita syarat dengan unsur budaya Tionghoa. Meski jalan cerita berjalan dengan lambat, tetapi hal ini yang membuat film ini menjadi menarik. Tidak banyak dialog yang digunakan. Namun, emosi dapat terbangun dengan baik dari tiap adegannya.

Pemilihan musik dan sound effect sesuai dengan tiap adegannya. Pengambilan gambar dan komposisi warna juga disajikan dengan amat baik dan detail. Terdapat beberapa aktor terkenal yang menjadi figuran dalam film ini seperti Nicholas Saputra, Dorce Gamalama, dll.


Sebuah adegan yang menarik dimana saat itu sedang dilakukan pengasapan di rumah tersebut. Johan yang terus menerus dibayangi oleh kematian merasa bahwa saat itu adalah saat dimana kematian menjemputnya. Johan meminta agar dirinya tidak dijemput saat itu. Ditengah cerita yang dibangun secara melankolis, entah mengapa adegan ini sedikit menggelitik.

Spoiler alert. Film ini disajikan dengan sebuah narasi. Awalnya saya merasa bahwa narator kisah tersebut adalah Sita sebagai tokoh utama. Namun, diakhir cerita diketahui bahwa narator dari cerita tersebut adalah Yani, anak dari Sita. Meski tokoh Yani sendiri tidak begitu jelas karakternya sejak awal film di mulai. Sebenarnya akan lebih baik jika Sita yang menjadi naratornya.

 

Adegan yang mengesankan:  

Pak Johan yang selama ini merahasiakan dan menutup rapat masa lalunya, akhirnya menceritakannya kepada Sita. Saat Sita tidak sengaja melihat foto - foto yang disimpan oleh Johan. Sita pun akhirnya memahami sikap misterius Johan selama ini. 

 

Dialog mengesankan:

"Satu, Dua, Tiga, Senyum!"

 

Ending:

Sad Ending

 

Rekomendasi:

Must watch.

 

(Aluna)

 


Posting Komentar

0 Komentar