Review Film 3 Hari Untuk Selamanya (2007)

Review Film 3 Hari Untuk Selamanya (2007)

3 Hari untuk Selamanya | 2007 | 1h 44m
Genre : Comedy/Drama | Negara: Indonesia
Director: Riri Riza| Writers: Sinar Ayu Massie
Pemeran: Nicholas Saputra, Adinia Wirasti, Tutie Kirana
IMDB: 7.1
My Rate : 7/10

Ambar dan Yusuf yang melakukan perjalanan menuju Yogyakarta untuk menyelesaikan misi membawa set piring antik milik keluarga Ambar, tidak menyadari perjalanan tersebut akan membuat mereka mengenal diri mereka masing - masing dan juga menemukan makna hidup yang selama ini dicari. 

Peringatan:

Terdapat adegan sensual, obat - obatan terlarang, rokok, alkohol, kata - kata kasar, dan ketelanjangan

 

Sinopsis :

Yusuf (Nicholas Saputra) mendapatkan tugas dari tantenya untuk membawa satu set piring antik ke Yogyakarta yang akan digunakan dalam pernikahan kakak sepupunya, kakak Ambar (Adinia Wirasti). Tantenya tidak berani untuk membawanya menggunakan pesawat karena khawatir akan pecah. Sehingga dirinya meminta Yusuf untuk membawanya menggunakan mobil.

Pada hari keberangkatan, Ambar yang malam sebelumnya habis mabuk - mabukan dengan teman - temannya dan Yusuf, bangun terlambat yang membuat dirinya tidak bisa ikut dalam rombongan keluarganya dengan menggunakan pesawat. Ambar pun memutuskan untuk ikut bersama Yusuf melalui jalur darat. Namun, perjalanan yang harusnya dapat ditempuh selama 1 hari menjadi 3 hari karena Ambar meminta Yusuf untuk berpetualang ke beberapa tempat demi menghindari berkumpul bersama keluarganya.

Ambar tidak terlalu dekat dengan keluarganya. Dirinya yang memiliki sikap yang 'bebas' paling malas jika harus berkumpul dan berbasa-basi dengan anggota keluarga lainnya. Hal ini membuat Ambar meminta Yusuf untuk tidak langsung ke Yogyakarta tetapi pergi ke beberapa tempat terlebih dahulu.

Perjalanan mereka meninggalkan banyak makna. Ambar ternyata memiliki kegundahan tersendiri yang selama ini tersimpan mengenai masa depannya. Sedangkan Yusuf yang terlihat begitu alim ternyata tidak sepolos yang terlihat. Perjalanan tersebut membuat mereka lebih mengenal satu sama lain dan saling bertukar pandangan tentang kehidupan. Pertengkaran pun sempat mencuat di antara mereka.

Apakah mereka berhasil membawa piring tersebut dengan selamat hingga Yogyakarta?

 

Ulasan :

3 Hari untuk Selamanya merupakan film yang mengangkat tema post-adolescent. Film ini disajikan dengan cara yang menarik yaitu dimana para tokohnya berada dalam perjalanan. Meski cara penyajian ini bukan hal yang baru, tetapi Riri Riza berhasil menyajikan suatu sajian yang menarik.

Tokoh utama dalam film ini memiliki kepribadian yang sedikit bertolak belakang. Ambar yang terlihat bebas ternyata memiliki kekhawatiran tentang masa depan yang tidak terbayangkan dimilikinya. Sedangkan Yusuf yang terlihat alim dan pintar ternyata tidak sealim itu. Dirinya juga terjerumus pada dunia yang dijalani Ambar dan mencoba untuk merasakan pengalaman baru yang 'unik'. Kisah mereka menjadi suatu hal yang menarik dimana masing - masing tokoh akhirnya memberi pengaruh kepada kehidupan dan cara pandang tokoh lainnya.

Ide cerita ini sebenarnya cukup menarik, karena pastinya relate dengan orang - orang seumuran para tokoh yang masih berada dalam pencarian jati diri. Pengeksekusian dilakukan dengan cukup baik. Namun, dirasa kurang mendalam. Adegan sebagian besar hanya memperlihatkan tokoh 'ngerokok' yang bisa dilihat sepanjang film berlangsung. Dialog yang bermakna terjadi di sepertiga akhir film seperti saat mereka bertengkar dan juga pergi ke Sendang Sono, selebihnya tidak terlalu banyak dialog yang bermakna.

Akting dari para pemain amat baik. Tidak ada kecanggungan di antara para pemain. Pastinya kita dapat melihat sisi lain dari Nicholas yang bisa lepas dari karakter tokoh yang pernah dimainkan sebelumnya seperti Rangga dan Gie. Dalam film ini, kita dapat melihat Nicholas sebagai Yusuf, tidak terjebak pada karakter lamanya di film lain yang biasa terjadi pada beberapa aktor. Akting dari para pemain lainnya pun terlihat cukup baik.

Pergerakan kamera dan pengambilan gambar dilakukan dengan baik. Setiap detail yang dibutuhkan ditangkap dan disajikan dengan baik. Komposisi warna pun sesuai dengan tiap adegan yang disajikan. Pemilihan lagu juga menjadi pendukung suasana di tiap adegannya.

Hanya saja terdapat adegan yang kurang jelas maknanya, yaitu saat layar hitam dan terdengar suara orang berteriak. Adegan ini seakan untuk memperlihatkan misteri dan twist dalam cerita. Terlebih saat mendengar suara pecah belah, dimana set piring yang dibawa oleh Yusuf tidak boleh pecah. Seakan ingin menunjukkan tanda tanya di penonton, apakah piring tersebut pecah? Namun, adegan tersebut seperti adegan yang tiba - tiba dimunculkan. Tidak terlalu jelas asal usulnya yang membuat penonton sedikit bingung.

Seharusnya perlu dilakukan pembangunan latar belakang yang lebih baik mengenai adegan tersebut. Sehingga adegan dan cerita yang telah disajikan dengan cukup baik tersebut tetap mengalir. Akhir cerita pun sedikit kurang maksimal.

Secara keseluruhan, film ini menyajikan cerita yang menarik untuk dinikmati.

 

Adegan yang mengesankan:  

Dalam perjalanan, Ambar dan Yusuf melihat kecelakaan lalu lintas. Kejadian tersebut menyentuh hati Ambar dan membuatnya menyadari arti kehidupan. Ambar menelpon ibunya melalui telepon umum seakan timbul kerinduan dan ketakutan dalam dirinya.

Sering kali kita menemukan suatu kejadian tidak terduga yang kemudian menyadarkan kita tentang makna hidup yang sebenarnya. Membuat kita merenungi jalan dan cara hidup yang selama ini kita lalui.

 
Dialog mengesankan:

"Apa gunanya punya pikiran sendiri kalau selalu percaya sama pikiran orang."

 

Ending:

Cliffhanger

 

Rekomendasi:

Worth to watch

 

(Aluna)

 




 

Posting Komentar

0 Komentar