Review Film Catatan Si Boy (1987)

 

Review Film Catatan Si Boy (1987)

Catatan Si Boy | 1987 |1h 30m
Genre : Drama/Romance | Negara: Indonesia
Director: Nasri Cheppy| Writers: Marwan Alkatiri
Pemeran: Onky Alexander, Ayu Azhari, Meriam Bellina
IMDB: 6.5
My Rate : 7/10

Boy menjalin hubungan dengan Vera setelah hubungannya dengan Nuke, gagal. Namun, masa lalu Vera datang dan memberikan masalah dalam hidup Boy, bahkan hingga membahayakan nyawanya. 

 

Peringatan:

Terdapat adegan sensual, kekerasan, kata - kata kasar, rokok, alkohol, dan ketelanjangan

 

Sinopsis :

Boy (Onky Alexander) baru saja putus cinta dari Nuke (Ayu Azhari). Ayah Nuke yang tadinya merestui hubungan mereka tiba - tiba berubah fikiran. Ayah Nuke yang merupakan pegawai negeri merasa tersinggung saat perusahaan milik ayah Boy mencoba untuk menyuapnya. Hal ini membuat Nuke harus berpisah dari Boy dan pindah ke luar negeri untuk kuliah.

Kesedihan melanda Boy dan segala upayanya untuk kembali bersama Nuke, gagal. Boy pun tidak sengaja bertemu dengan Reny, wanita yang ditolongnya dari perampokan. Namun, hubungan tersebut tidak berjalan lancar karena Reny mencoba untuk merayu Boy dengan menggunakan tubuhnya. Sedangkan Boy merupakan seorang yang lumayan paham agama. Boy pun memilih untuk menjauh dari Reny.

Boy bertemu dengan Vera (Meriam Bellina), adik kelas yang mengikuti ospek yang diketuainya. Vera jatuh cinta dengan Boy dan berusaha untuk menarik perhatiannya. Ocha, wanita yang menyukai Boy, tidak menyukai hal tersebut dan mencoba untuk mengerjai Vera. Sayangnya, hal ini malah membuat Boy semakin dekat dengan Vera.

Keberadaan Nuke yang entah dimana, membuat Boy akhirnya membuka hati terhadap Vera. Namun, masalah muncul saat mantan kekasih Vera kembali ke Indonesia. Pertengkaran pun terjadi antara Boy dan mantan pacar Vera, bahkan sampai membahayakan nyawa Boy.

Akankah hubungan Vera dan Boy baik - baik saja?

 

Ulasan :

Catatan Harian Si Boy merupakan film yang cukup digandrungi pada jamannya. Sosok pria tampan yang alim dan kaya raya seperti sosok yang merupakan idaman para wanita. Hal ini yang disajikan dan ditawarkan kepada para penonton dalam film ini.

Berbeda dengan jaman sekarang dimana sosial media menjadi sarana yang sering digunakan para remaja untuk menumpahkan isi hatinya, jaman dahulu buku harian/diary adalah fasilitas yang marak digunakan. Begitu pula dengan Boy. Boy mencurahkan isi hati dan pengalamannya dalam buku hariannya. Sayangnya adegan yang memperlihatkan keterkaitan Boy dan buku hariannya tidak terlalu banyak. Hanya beberapa adegan yang memperlihatkan Boy sedang menulis di buku harian.

Cerita yang disajikan sebenarnya cukup cliché, tidak jauh dari romansa cinta remaja. Wanita yang tergila - gila dengan sosok Boy yang digambarkan sebagai seorang yang sempurna. Konflik cerita juga berputar di topik tersebut. Hal yang menarik mungkin hal itu malah membuat film ini menjadi relate dan dekat dengan pengalaman para penonton saat itu.

Cerita disajikan dengan cukup baik, mengalir dan sistematis. Pembangunan karakter tokoh dan pondasi cerita dilakukan dengan baik. Namun sayang tidak ada konflik yang benar - benar berkesan. Akhir cerita juga disajikan dengan cukup baik dengan memberikan sedikit twist dan interaksi Boy dengan penonton.

Menariknya penggambaran seorang 'kaya' dilakukan dengan amat baik. Terlihat dari mobil yang digunakan, cara berpakaian dan berdandan, telepon yang digunakan, serta kebiasaan berpesta pora yang ditampilkan dalam layar. Seakan memperlihatkan kehidupan yang amat mewah pada saat itu. Jika kita melihat pada jaman tersebut, cara hidup demikian benar - benar memperlihatkan kekayaan yang melimpah dari tokohnya.

Akting dari para pemain cukup baik dan tidak kaku. Chemistry juga terjalin dengan baik, walau beberapa dialog mungkin terkesan kaku. Pergerakan kamera, pemilihan lagu, dan komposisi warna juga dilakukan dengan baik.

Terdapat beberapa adegan yang mungkin tidak terlalu penting untuk ditampilkan. Salah satunya penampakan seorang wanita yang sedang mandi, saat Vera berbincang dengan teman - temannya di ruang ganti. Hanya saja, hal ini dapat dimaklumi, karena pada jamannya, adegan yang memperlihatkan hal demikian masih sering ditemukan untuk menarik minat penonton saat itu.

Secara keseluruhan, film ini cukup menarik untuk di tonton.

 

Adegan yang mengesankan:  

Boy menolak ajakan Vera untuk melakukan hubungan intim, saat Vera yang sebelumnya tinggal di luar negeri menganggap hal itu merupakan hal wajar yang dilakukan oleh sepasang kekasih. Hal ini memperlihatkan bagaimana Boy tetap memegang teguh agamanya dan tidak tergoda dengan hal demikian. Belakangan hal ini juga sering terjadi di kalangan remaja, padahal dalam agama terutama Islam, hal ini merupakan suatu hal yang dilarang untuk dilakukan sebelum menjadi suami istri.

 

Dialog mengesankan:

"Tapi dengan catatan, gk janji deh"

 
Ending:

Cliffhanger

 

Rekomendasi:

Worth to Watch

 

(Aluna)

 


Posting Komentar

0 Komentar