Ungu Violet | 2005 | 1h 55m
Genre : Drama/Romance| Negara:
Indonesia
Director: Rako Prijanto| Writers: Jujur Prananto
Pemeran: Dian Sastrowardoyo, Rizky Hanggono, Rima Melati
IMDB: 6.2
My Rate : 6/10
Lando bertemu dengan Kalin secara tidak sengaja dan membuka jalan bagi Kalin di dunia permodelan, hingga benih cinta timbul di antara mereka. Namun, trauma yang di deritanya, membuat Lando memilih pergi dari hidup Kalin.
Peringatan:
Terdapat adegan sensual dan kata-kata kasar
Sinopsis :
Lando (Rizky Hanggono) mengalami depresi setelah ditinggalkan oleh tunangannya. Pekerjaannya sebagai photographer di sebuah majalan ternama menjadi kacau. Tugasnya mencari wajah cover baru untuk majalahnya tidak dilakukannya dengan baik. Dirinya malah memberikan foto kejadian pencopetan yang terjadi di bus kepada atasannya. Hal ini membuat atasannya sedikit kesal, tetapi tetap memberikan kesempatan kepada Lando.
Lando yang melihat kembali photo yang diambilnya, secara tidak sengaja melihat wajah seorang wanita yang menarik perhatiannya. Wanita tersebut adalah Kalin (Dian Sastrowardoyo), seorang penjaga loket tiket transjakarta. Lando pun berusaha berkenalan dengan Kalin dan menawarkan pekerjaan sebagai model kepadanya.
Kalin awalnya tidak ingin mengambil pekerjaan tersebut. Namun, kebutuhan akan uang pengobatan neneknya membuat dirinya memberanikan diri untuk mendatangi Lando. Akhirnya mereka pun melakukan beberapa pemotretan dan ternyata atasan Lando menyetujui hal tersebut.
Wajah Kalin terpampang di cover depan majalah. Kalin merasa amat berterima kasih dengan Lando. Namun, setelah pemotretan tersebut Lando menghilang seakan menjaga jarak. Kalin pun kembali mendatangi apartemen Lando. Kalin hanya bisa meninggalkan nomor teleponnya karena tidak mendapati Lando di apartemennya.
Setelah memberanikan diri untuk menelpon Kalin, hubungan mereka kembali dekat. Kalin pun mendapatkan beberapa tawaran pemotretan dari agensi. Lando yang teringat kembali dengan traumanya di masa lalu, mencoba untuk menyembunyikan perasaannya dan memutus hubungan dengan Kalin. Kejadian itu amat melukai Kalin.
Upaya Lando untuk melupakan Kalin tidak semudah yang dibayangkan. Terutama saat wajah Kalin terpampang nyata di baliho - baliho dan majalah - majalah. Seakan kemana pun Lando pergi, Kalin lah yang ada di pandangannya.
Akankah Lando dan Kalin dapat kembali
bersatu?
Ulasan :
Ungu Violet merupakan film debut pertama Rako Prijanto sebagai sutradara. Ide cerita memang menarik meski tidak terlalu orisinil. Namun, pengeksekusian terasa kurang berhasil untuk memberikan cerita yang meninggalkan kesan yang mendalam. Terlebih judul film yang hingga akhir tidak terlihat korelasinya dengan jalan cerita yang disajikan.
Cerita memang disajikan dengan sistematis, tetapi terlihat tidak mengalir dan terkesan patah - patah. Chemistry antar pemain juga kurang terlihat. Pondasi cerita dibangun dengan cukup baik. Namun pembangunan konflik dan penyelesaian juga kurang mendalam, terlalu dangkal di permukaan. Banyak hal yang bisa di eksplorasi kembali untuk memberikan sajian yang lebih, mengingat durasi film yang dapat dikatakan cukup panjang.
Akting dari para pemain dirasa kurang setara antara pemain utama dan pendukung. Tidak ada hal yang istimewa dan terkesan kaku. Padahal beberapa aktor dan aktris terkemuka mengambil peran dalam film ini.
Terdapat beberapa detail adegan yang kurang diperhatikan kemasukakalannya. Kamar Lando yang tidak pernah di kunci, terlihat bagaimana Kalin dapat dengan gampangnya keluar masuk. Secara logika, hal ini pastinya akan membuat rawan pencurian kan? Apalagi penjaga apartemen, tidak pernah mengecek siapa yang keluar atau masuk apartemen tersebut.
Adegan saat Nenek Kalin pingsan di kamar mandi. Rumah yang bocor membuat Nenek Kalin ingin mengambil ember untuk menampung tetesan air. Entah mengapa harus mengambil ember di kamar mandi yang penuh dengan air. Padahal di adegan selanjutnya Kalin sendiri telah mengambil ember yang digunakannya untuk mengepel.
Saat Kalin tersadar dengan perasaannya dan mencoba mengejar Lando. Kalin berlari dengan membawa gelas minuman yang baru saja diminumnya. Apakah saking paniknya sampai lupa naruh gelas? #spoiler. Gelas tersebut ternyata digunakan demi jalan cerita dimana Kalin dibuat buta. Padahal banyak cara yang dapat dilakukan dengan lebih masuk akal.
Mendekati akhir, demi memberikan plotwist dalam cerita. Dimunculkanlah tokoh lain secara tiba - tiba, tanpa pembangunan latar belakang tokoh atau lainnya. Sehingga tokoh ini terasa sedikit dipaksakan untuk membuat penyelesaian cerita.
Di luar adegan yang telah dijabarkan di
atas, terdapat beberapa detail lainnya yang mungkin masih bisa disajikan dengan
lebih baik. Secara keseluruhan, film ini masih bisa dinikmati dengan jalan
cerita yang jelas. Meski memang banyak hal yang mungkin harus diperbaiki
kembali.
Adegan yang mengesankan:
Lando bertemu dengan dokternya dan menceritakan mengenai keputusannya
untuk meninggalkan Kalin. Lando bercerita sambil tertawa, tetapi dengan
ekspresi yang sedih. Dalam adegan ini, kita dapat melihat bahwa banyak orang
yang sering kali menyembunyikan kesedihannya melalui tawa. Sebenarnya perasaan
itu malah akan makin menyakitkan.
Dialog mengesankan:
"Betapa nilai seseorang sangat terasa justru ketika dia tiada"
Ending:
Happy Ending
Rekomendasi:
Okay to Watch
(Aluna)
0 Komentar